Memori Indah Kota Semarang dalam Kesenian Gambang Semarang


Begitu turun dari kereta api di stasiun Tawang Semarang, kita akan disambut oleh denting piano yang mengalunkan nada khas sekaligus menandakan kalau kita sudah tiba di kota Semarang tercinta. Kurang lebih nadanya: Mi – Sol – Sol – Re – Do, La – Re – Do – Sol – La, Re – Mi – Do – Re – Mi – Fa – Sol. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah nada dari lagu apakah itu? Mengapa nada tersebut dipilih untuk menyambut para penumpang yang baru saja tiba di kota Semarang?

Nada tersebut adalah cuplikan dari lagu khas kota Semarang berjudul Empat Penari yang diciptakan oleh “buaya keroncong” Oey Yok Siang pada tahun 1940 dan liriknya diciptakan oleh Sidik Pramono. Lagu tersebut biasanya dimainkan dalam kesenian Semarang.

Gambang Semarang sendiri merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Kota Semarang. Kesenian ini terdiri dari seni musik, vokal, tari dan lawak yang merupakan seni tradisi kerakyatan. Dahulu, Kesenian Gambang Semarang dimainkan oleh penari dan penyanyi keturunan Tionghoa, mereka berkebaya encim dengan batik Semarang, musiknya pun diiringi oleh kecrek, suling, bonang, gambang dan gong. Gambang Semarang merupakan cerminan akulturasi budaya China dan Jawa di kota Semarang. Lagu “Empat Penari” begitu melekat pada diri orang Semarang, maka dari itulah lagu tersebut diputar di Stasiun Tawang sebagai penanda apabila kereta sudah sampai di Semarang.

Gambang Semarang sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan Gambang Kromong Betawi. Namun secara estetis, Gambang Semarang menunjukkan penampilan yang berbeda dari Gambang Kromong. Iramanya dinamis dan pada perkembangannya gambang khas Semarang tidak saja pertunjukkan musik dan menyanyi melainkan musik, vokal, seni tari, lawak dan pantun. Alat musiknya juga berbeda dengan gamelan Jawa klasik, apabila gamelan Jawa menggunakan laras pentatonis, Gambang Semarang menggunakan tangga nada diatonis.

Kesenian Gambang Semarang pertama kali didirikan pada tahun 1939 oleh Toako Lie Hoo Sen, yang merupakan orang kepercayaan raja Gula Asia Tenggara Oie Tiong Ham. Kelompok musik Gambang khas Semarang ini pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1945. Lagu Gambang Semarang terasa gembira dan menyatu dengan tari, gemulai, namun segar. Kekhasan tari Gambang Semarang terletak pada gerak telapak kaki yang berjungkat-jungkit sesuai dengan irama lagu dan sering diselingi sikap jongkok.

Pada tahun 1970 Gambang Semarang kembali meraih puncak kejayaan karena pada saat itu muncul maskot Nyah Sam atau Ong Sam Nio yang dikenal dengan liukan lelenya. Jika ditelaah lebih dalam, ragam gerak baku yang terdapat dalam tarian tradisional Semarang ada 3 macam, yaitu: Ngondhek, Ngeyek, dan Genjot. Rata-rata gerakannya adalah goyang pinggul dengan mengikuti irama yang lincah dan dinamis.

Seacara tematis lagu-lagu dalam Gambang Semarang ini mengisahkan tentang sejarah kota Semarang. Mayoritas berbentuk langgam, berirama 4/4, umumnya lagu yang ditampilkan bersifat gembira, jenaka atau humor dan dapat membangkitkan persaudaraan. Antara lain lagu-lagu seperti Gado-gado Semarang, Simpang Lima Kota Semarang, Aksi Kucing, Semarang Tempo Dulu menjadi andalah ketika kesenian Gambang Semarang ditampilkan.

Busana pemain Gambang Semarang pada umumnya memiliki ciri khas tertentu, pemain laki-laki memakai baju putih lengan panjang (baju koko Cina), celana hitam, peci dan sarung atau memakai busana Kenang yaitu memakai baju surjan kerah Shanghai dengan bawah batik pantura, ikat pinggang kulit dan kepala bercorak monggang. Pemain wanita/penyanyi memakai kebaya encim putih dibordir batik pesisiran, dibalut kain panjang pesisiran.

Di mana kita bisa menikmati kesenian Gambang Semarang?

Di Semarang sendiri ada grup yang masih aktif melesterikan kesenian ini, yaitu Gambang Semarang Art Company yang berdiri tahun 2012 dan Nang Nok Gambang Semarang yang berdiri pada tahun 2007. Setelah cukup lama nyaris dilupakan, Klub Merby mencoba menghidupkan kembali kesenian tradisional Semarangan ini melalui Nang Nok Gambang Semarang. Nama Nang Nok diambil dari kata Kenang dan Denok yaitu sebutan anak laki-laki dan perempuan Semarang.

Pemerintah Kota Semarang sendiri melalui Dinas Pariwisata kota rutin menyelenggarakan Festival Kesenian Gambang Semarang antar kecamatan yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Langkah ini diambil untuk membuat kesenian Semarang semakin dekat di hati warga kota Semarang.




[hellosemarang.com]
Share on Google Plus

About Global Web

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar