Tari dari Semarang ini merupakan jenis tari tradisional yang dimodifikasi dari Tari Gambang Semarang hingga saat ini tarian ini masih eksis dikalangan masyarakat kota Semarang. Tarian ini bisa dikatakan perpaduan antara tari tradisional dengan kreasi baru, dimodifikasi dari Tari Gambang Semarang oleh seniman tari kenamaan Didik Nini Towok bersama Yoyok Bambang Priyambodo.
Penari pada tarian ini biasanya berjumlah 8 atau 12 orang dengan
perbandingan pria dan wanita yang sama, karena tarian ini juga ditarikan
secara berpasangan dengan adegan para remaja yang sedang memadu kasih.
Tari Warak Dugder sendiri merupakan tarian yang digunakan untuk
mengiringi patung warak dengan sekelompok gadis yang berpakaian encim
putih biru. Latar belakang dari tarian ini adalah budaya Islam, Jawa,
dan Cina yang digabung menjadi satu.
Tari Warak Dugder memiliki garapan yang mendasar pada tradisi Semarang.
Warak merupakan taridisi khas kota Semarang yang berupa hewan rekaan
yang dilengkapi dengan telurnya, atau masyarakat Semarang sering
manyebut dengan Warak Ngendog (Warak bertelur), biasanya hadir dalam
bentuk mainan anak pada saat Dugderan yaitu tradisi untuk menyambut
bulan ramadhan di kota Semarang. Warak berasal dari bahasa Arab "Wara'i"
yang berarti suci, dan ngendog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil
pahala yang di dapat seseorang setelah sebelumnya mengalami proses suci.
Warak ngendog memiliki bentuk yang merupakan akulturasi dari golongan
etnis di Semarang, kepalanya menyerupai naga khas dari etnis Cina,
Tubuhnya layaknya Buraq khas dari etnis Arab, keempat kakinya menyerupai
kaki kambing khas dari etnis Jawa.
[sumber]
0 komentar:
Posting Komentar